Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

MENDADAK AKU RINDU IBU

MENDADAK AKU RINDU IBU Muhammad Qowy Bu, apa kabarmu? Hari ini mendadak aku merindumu Rindu saat kau membuatkan sambal untukku Mengingatkanku untuk solat lima waktu Dan merawatku saat aku sakit dulu Bu, apa kabarmu di sana? Apakah kau sudah berjumpa dengan sang Maha Dan menceritakan tentangku pada-Nya Aku rindu omelanmu, bu. Rindu kasih sayangmu, senyummu, segalanya aku rindu Tak bisakah kau menjenguk sejenak dalam mimpi tidurku Agar aku dapat mengecup tanganmu Sebagaimana yang ku lakukan sebelum aku berangkat sekolah dulu Tak bisakah kau mampir semenit saja untuk menyapaku seperti biasa “le, kamu sudah makan?” ucapan itu yang selalu aku rindukan Bu, ada kabar bagus untukmu Tahun depan aku akan mempersunting bidadari idamanku Bidadari cantik, baik, solehah, sesuai dengan kriteria menantu idamanmu Datanglah, bu Walau hanya sebatas menengokku dari langit Datanglah, bu Agar kau tahu betapa anggunnya menantu yang akan menjag

KORUPTOR = TIKUS

KORUPTOR = TIKUS Menangkap para koruptor di negara Indonesia sudah menjadi tugas wajib bagi KPK. Pemberantasan korupsi harus dilakukan secara terus-menerus agar Indonesia menjadi negara yang bersih dari yang namanya korupsi. Suatu hari, seperti biasa pimpinan KPK menyuruh anak buahnya untuk menangkap para koruptor. Kali ini pimpinan KPK menyuruh anak buahnya yang bernama Dikin. “Tangkap semua tikus berdasi yang ada di negara ini! Jangan sampai ada sisa agar negara kita menjadi negara bersih dan makmur,” perintah pimpinan KPK kepada Dikin. “Siap pak!” jawab Dikin tegas. Setelah mendapatkan perintah dari pimpinannya, Dikin segera bergegas melaksanakan tugas. Selang beberapa jam kemudian, Dikin berhasil menyelesaikan tugasnya, lalu ia melapor kepada atasannya. “Lapor pak. Saya berhasil menangkap semua tikus berdasi di negara kita.” Lapor Dikin dengan percaya diri. “Bagus. Mana mereka?” tanya pimpinan KPK. “Ini pak,” mengeluarkan tikus berdasi tangkapannya, “Waduh pak. Menangk

DURIAN UNTUK EMAK

DURIAN UNTUK EMAK Muhammad Qowy* Wildan masih termenung diam di bawah tiang lampu merah. Ia melamun tentang harapan dan kenyataan. 15 tahun ia sudah jalani hidup dengan cara yang sama. Ya. Wildan adalah pengamen jalanan. Sesekali ia juga memungut kotoran sampah untuk tambahan harapan. Namun lagi-lagi kenyataan membuyarkan harapnya yang sudah menumpuk tak tertahan. “tiiin..tiiin” Bunyi bel mobil yang hampir menabrak sepeda motor—yang berhenti mendadak karena lampu merah menyala—membuyarkan lamunan Wildan. Ia beranjak dari lamunannya dan mulai bekerja seperti biasa. Ada yang berbeda darinya. Wajahnya tampak frustasi. Tak bersemangat seperti biasa. Terkadang—pada hari itu—ia juga mengamen dengan tangisan serius. “Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik....” Lirik lagu—nyanyian yang membuat Wildan menangis—milik grup band ternama di Indonesia itulah yang selalu ia nyanyikan saat mengamen di hari itu. Menangis. Ya. Menagi

REBAHLAH

REBAHLAH Muhammad Qowy Harus kepada siapa aku mengadukan malam ini. Malam yang membuat kelam semakin padam. Padam yang mengelabui angan. Angan seribu bimbang tentang kahyangan dan bintang-bintang. Ah, lelah. Rebahlah. Mungkin esok akan datang pagi yang cerah. Cerah yang menghidupkan tetesan embun. Embun yang menyejukkan gempita hati. Hati yang bening dari skandal dan erupsi. Biarlah lelah. Rebahlah. Jombang, Mei 2014