Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

DURIAN UNTUK EMAK

DURIAN UNTUK EMAK Muhammad Qowy* Wildan masih termenung diam di bawah tiang lampu merah. Ia melamun tentang harapan dan kenyataan. 15 tahun ia sudah jalani hidup dengan cara yang sama. Ya. Wildan adalah pengamen jalanan. Sesekali ia juga memungut kotoran sampah untuk tambahan harapan. Namun lagi-lagi kenyataan membuyarkan harapnya yang sudah menumpuk tak tertahan. “tiiin..tiiin” Bunyi bel mobil yang hampir menabrak sepeda motor—yang berhenti mendadak karena lampu merah menyala—membuyarkan lamunan Wildan. Ia beranjak dari lamunannya dan mulai bekerja seperti biasa. Ada yang berbeda darinya. Wajahnya tampak frustasi. Tak bersemangat seperti biasa. Terkadang—pada hari itu—ia juga mengamen dengan tangisan serius. “Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik....” Lirik lagu—nyanyian yang membuat Wildan menangis—milik grup band ternama di Indonesia itulah yang selalu ia nyanyikan saat mengamen di hari itu. Menangis. Ya. Menagi