ANALISIS UNGKAPAN DALAM FABEL 'SI KELINCI DAN SI KURA'



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia berbahasa ibarat burung bersayap”, demikian kata George H. Lewis. Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi piranti komunikasi antar manusia. Pada ungkapan di atas nampak bahwa manusia tanpa bahasa sama seperti burung tanpa sayap, karena sayaplah yang mecirikan burung dan bahasalah yang mencirikan manusia (http://www.jurnallingua.com/edisi-2006/4-vol-1-no-1/26-proses-pemerolehan-bahasa-dari-kemampuan-hingga-kekurangmampuan-berbahasa.html. 01-12-2012).
Bahasa sebagai alat komunikasi, memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan berbicara mengenai apa saja. Bahasa merupakan lambang yang berupa serangkaian bunyi yang membentuk suatu arti tertentu (Depdikbud). Sedangkan menurut Alwasilah bahasa merupakan suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak instingtif, dengan pertolongan sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja. Dengan demikian, setiap bahasa pasti memiliki arti atau makna (Prasetyoningsih, 2001:2).
Bahasa tidak akan terlepas dari arti atau makna. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa senantiasa dikaji dengan menggunakan pelbagai pendekatan yang salah satunya adalah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna.
1
Lehrer (dalam Pateda, 2010:6) mengatakan bahwa semantik adalah studi tentang makna. Salah satu pendekatan dalam ilmu semantik adalah ungkapan. Ungkapan merupakan kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering menjadi kabur) (Depdikbud, dalam Pateda, 2010:230). Ada dua macam bentuk ungkapan, yaitu ungkapan penuh dan ungkapan sebagian.
Manurut Pateda (2010:231) di dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang manusia tidak berterus terang. Bahkan kadang-kadang hanya menggunakan isyarat tertentu. Karena manusia tidak mau berterus terang, lahirlah apa yang  disebut ungkapan.
Ungkapan sangat penting dalam bahasa. Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya.
Fabel merupakan cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti) (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline, versi 1.3). Di dalam penceritaannya, fabel sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang ditulis sebagai penambah keindahan bahasa. Salah satu fabel yang dalam pembuatannya mengandung banyak ungkapan adalah ‘Si Kelinci dan Si Kura’.
Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ merupakan cerita yang sangat populer ditelinga umum, terlebih anak-anak. Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ menceritakan tentang adu kecepatan antara si Kelinci dan si Kura. Karena kesombongan si Kelinci, akhirnya si Kelinci kena batunya dan si Kura yang sabar berhasil memenangi perlombaan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis ungkapan yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’, baik ungkapan penuh maupun sebagian. Fabel tersebut dipilih sebagai sumber data sebab menurut pengamatan peneliti dalam fabel tersebut terdapat banyak ungkapan yang sangat menarik untuk dikaji mengingat hal ini sangat bermanfaat bagi pembelajaran dalam memahami kata atau kelompok kata yang maknanya menyimpang pada sebuah karangan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Analisis Ungkapan dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.

B. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tetap fokus, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan tersebut meliputi analisis ungkapan, baik penuh maupun sebagian dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana makna ungkapan penuh yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’?
2.    Bagaimana makna ungkapan sebagian yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan  dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna ungkapan yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
a)    mendeskripsikan makna ungkapan penuh yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’;
b)   mendeskripsikan makna ungkapan sebagian yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat  dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan  ilmu bahasa khususnya semantik ungkapan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, guru dan siswa sebagai bahan acuan atau literatur di dalam pengajaran bahasa. Dan dapat pula memberikan wawasan kepada pembaca dalam menganalisis masalah tentang semantik ungkapan.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian sangat diperlukan. Dalam sebuah penelitian tentunya terdapat beberapa istilah yang menimbulkan makna ganda, untuk menghindari salah tafsir maka penulis mencantumkan definisi operasional.
Adapun istilah-istilah yang perlu diberi penjelasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Ungkapan: Ungkapan merupakan kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering menjadi kabur).
(Depdikbud, dalam Pateda, 2010:230).
2.    Fabel: cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti).
(Kamus Besar Bahasa Indonesia. Offline. Versi 1.3)
3.    Si Kelinci dan Si Kura: fabel yang menceritakan tentang adu kecepatan antara si Kelinci dan si Kura.
Berdasarkan definisi operasional di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini menganalisis tentang kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus dalam cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang yang berjudul ‘Si Kelinci dan Si Kura’.



BAB II
LANDASAN TEORI

A. Ungkapan
Sebelum membahas mengenai pengertian ungkapan, akan dibahas terlebih dahulu mengenai masalah perdebatan tentang ungkapan dan idiom.
Kami disambutnya dengan air muka berseri-seri.
Idiom


Ungkapan
Pateda berpendapat (2010:230) meskipun antara ungkapan dan idiom terdapat perbedaan nuansa makna, hal yang berhubungan dengan idiom telah dimasukkan dalam pengertian ungkapan. Chaer (2009:75) juga berpendapat bahwa ungkapan dan idiom kurang lebih sama. Hanya segi pandangannya yang berlainan. Ungkapan dilihat dari segi ekspresi kebahasaan, sedangkan idiom dilihat dari segi makna. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ungkapan dapat disebut juga idiom. Hanya saja sudut pandang keduanya berbeda. Ungkapan dilihat dari segi ekspresi kebahasaannya, sedangkan idiom dilihat dari segi penyimpangan maknanya. Atau juga dapat dikatakan bahwa dalam ungkapan terdapat idiom. Contoh:
 


Pateda (2010:230) berpendapat bahwa ungkapan merupakan kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering menjadi kabur). Sedangkan Chaer (2009:74) berpendapat bahwa idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan’ dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ungkapan dan idiom memiliki pengertian yang sama karena keduanya saling berhubungan. Oleh karena itu dalam pembahasan berikut akan dijelaskan mengenai idiom menurut Chaer[1].
5
 
1. Idiom
Idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Umpamanya, menurut kaidah gramatikal kata-kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut bentuk dasarnya. Tetapi kata kemaluan tidak memiliki makna seperti itu. Begitu juga frase rumah kayu bermakna ‘rumah yang terbuat dari kayu’; tetapi frase rumah batu selain bermakna gramatikal ‘rumah yang terbuat dari batu’, juga memiliki makna lain yaitu ‘pegadaian’ atau ‘rumah gadai’. Contoh lain frase menjual sepeda bermakna ‘si pembeli menerima sepeda dan si penjual menerima uang’; frase menjual rumah bermakna ‘si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang’; tetapi kontruksi menjual gigi bukan bermakna ‘si pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang’; melainkan bermakna ‘tertawa keras-keras’.
Jadi dalam contoh di atas kata kemaluan, dan frase menjual gigi dalam bahasa Indonesia dewasa ini tidak memiliki makna gramatikal, melainkan hanya memiliki makna idiomatikal[2]. Begitu juga dengan dengan frase rumah batu, meja hijau, dan membanting tulang.
Karena makna idiom ini tidak lagi berkaitan dengan makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsurnya, makna bentuk-bentuk idiom ini ada juga yang menyebutkan sebagai satuan-satuan leksikal tersendiri yang maknanya juga merupakan makna leksikal dari satuan tersebut. Jadi, menjual gigi adalah sebuah leksem dengan makna ‘tertawa keras-keras’, membanting tulang adalah sebuah leksem dengan makna ‘bekerja keras’, dan meja hijau adalah sebuah leksem dengan makna ‘pengadilan’.


2. Macam-Macam Idiom
Perlu diketahui juga adanya dua macam bentuk idiom dalam bahasa Indonesia yaitu idiom penuh dan idiom sebagian.
a. Idiom Penuh
Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna, seperti contoh:
1)   membanting tulang = ‘bekerja keras’
2)   menjual gigi = ‘tertawa keras-keras’
3)   meja hijau = ‘pengadilan’

b. Idiom Sebagian
Idiom sebagian adalah idiom yang sebagian unsurnya masih memiliki makna leksikal sendiri, seperti contoh:
1)   daftar hitam = ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai/ dianggap bersalah’
2)   koran kuning = ‘koran yang sering kali memuat berita sensasi’
3)   menunjukkan gigi = ‘menunjukkan kekuasaan’

Kata daftar, koran, dan menunjukkan pada idiom-idiom di atas masih memiliki makna leksikal, dan yang bermakna idiomatikal hanyalah kata hitam, kuning, dan gigi.

Sudah dijelaskan pada pembahasan ‘ungkapan’ bahwa dalam ungkapan terdapat idiom. Maka hal-hal mengenai macam-macam idiom yang ada dua juga merupakan macam-macam dari ungkapan,  yakni ungkapan memiliki dua macam yaitu ungkapan penuh dan ungkapan sebagian.
Handayani (2010:15) dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Semantik Ungkapan Pada Bungkus Permen Kis Mint Barley menyebutkan bahwa ungkapan terbagi atas dua jenis yaitu ungkapan penuh (idiom penuh) dan ungkapan sebagian (idiom sebagian).
a.    Ungkapan penuh (idiom penuh), merupakan ungkapan/ idiom yang unsur-unsur pembentuknya telah kehilangan makna leksikalnya.
b.    Ungkapan sebagian (idiom sebagian), merupakan ungkapan/ idiom yang salah satu unsur pembentuknya masih memiliki makna leksikalnya.

B. Kerangka Landasan Teori
Setelah melihat beberapa uraian di atas mengenai ungkapan, dalam penelitian ini penulis akan menganalisis makna ungkapan yang terkandung dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’, baik ungkapan penuh maupun sebagian yang digambarkan dalam skematik analisis sebagai berikut.
Fabel
Si Kelinci dan Si Kura
UNGKAPAN
Ungkapan Penuh
Ungkapan Sebagian
? Makna ?
? Makna ?
 







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian adalah metode penelitian. Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan agar mencapai tujuan yang ditentukan/ kejelasan suatu penelitian dan kailmiahannya dapat dilihat dari metode yang digunakan (Djajasudarma, 2010:1).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Djajasudarma (2010:9) metode deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran melukisan secara sistematis, faktual dan akuratmengenai data, sifat-sifat serta hubugan fenomena-fenomena yang diteliti. Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri. Data yang dikumpulkan berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman dan sebagainya.
Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa. Penelitian kualitatif memiliki salah satu ciri khusus yaitu penelitian dilakukan secara deskriptif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan gambaran sesuatu. Ciri ini sejalan dengan penamaan metode kualitatif (Djajasudarma, 2010:16).
Dengan demikian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Karena dalam penelitian yang berjudul Analisis Ungkapan Dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’, peneliti ingin mendiskripsikan kata atau kelompok kata yang merupakan bentuk dari ungkapan yang terdapat dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.

9
 
B. Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:107). Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ merupakan sumber data dalam penelitian ini.
Data adalah sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:118). Kata atau kelompok kata yang berbentuk ungkapan dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ merupakan data dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu langkah utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Satori, dkk., 2010:145). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan dokumentasi.
a.    Menurut Sarwono (dalam Satori, dkk., 2010:105) observasi merupakan pengamatan terhadap satu kesamaan pemahaman terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk memperoleh kata atau kelompok kata yang berbentuk ungkapan dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.
b.    Teknik dokumentasi, yaitu teknik yang dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).  Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.

D. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.    Penentuan Objek
Penentuan objek dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.
2.    Pembacaan Data
Pembacaan data dilakukan dengan cara membaca secara intensif yang difokuskan pada fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.
3.    Penulisan Data
Penulisan data merupakan proses penulisan data mengenai kata-kata yang relevan dalam penelitian.

E. Teknik Analisi Data
Data yang sudah terkumpul akan dianalisis sesuai dengan teori yang ada pada penelitian. Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.    Pemberian Kode
Pemberian kode dilakukan pada saat pembacaan dengan memberi tanda garis bawah pada kata atau kelompok kata yang berbentuk ungkapan dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’, kemudian memberikan kode (UP) untuk kata atau kelompok kata yang berbentuk ungkapan penuh dan memberikan kode (US) untuk kata atau kelompok kata yang berbentuk ungkapan sebagian.
2.    Penyeleksian Data
Penyeleksian data ini dilakukan guna menghindari data yang terulang karena data yang sudah muncul dapat terbit kembali.
3.    Pengklasifikasian Data
Klasifikasi data merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan analisis makna ungkapan, baik ungkapan penuh maupun sebagian.
4.    Penganalisisan Data
Tahap ini meliputi menganalisis pokok permasalahan mengenai ungkapan, baik ungkapan penuh maupun sebagian.





F. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010:193) instrumen adalah alat bantu yang digunakan pada waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu metode. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa tabel rekapitulasi. Tabel ini digunakan untuk merekap data-data yang ditemukan. Adapun tabel yang digunakan berbentuk kolom sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Data
No
Kutipan ungkapan
Paragraf ke:
Jenis ungkapan
(UP)
(US)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah
-
-
Total Ungkapan
-

Tabel 2. Uraian Analisis Data
No
Ungkapan
Makna yang kabur
Makna idiom
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ terdapat banyak ungkapan, baik ungkapan penuh maupun ungkapan sebagian. Hal ini akan digambarkan pada tabel rekapitulasi data sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Data
No
Kutipan ungkapan
Paragraf ke:
Jenis ungkapan
(UP)
(UP)
1
tinggi hati
1

2
pelari kilat
1

3
menaruh hati
2

4
tancap gas
4

5
naik darah
6

6
lapang hati
6

7
kuda hitam
8

8
muka memerah
8

Jumlah
7
1
Total Ungkapan
8

A. Analisi Data
Pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ terdapat delapan ungkapan yang ditemukan, tujuh berupa ungkapan penuh dan satu berupa ungkapan sebagian. Berikut pendeskripsian mengenai analisis ungkapan dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’.

1. Ungkapan Penuh dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’
Ungkapan penuh (idiom penuh) merupakan ungkapan/ idiom yang unsur-unsur pembentuknya telah kehilangan makna leksikalnya (makna unsur-unsurnya kabur semua). Dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ terdapat tujuh ungkapan penuh sebagai berikut.
13
 
1)   Suatu hari di dalam hutan, si Kelinci yang tinggi hati(UP) menunjukkan kemampuannya dalam berlari, ...........
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 1)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan tinggi hati. Ungkapan tinggi hati merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni tinggi tidak bermakna ‘tinggi/ panjang ke atas’; dan hati tidak bermakna ‘hati’; sehingga tinggi hati bukan bermakna ‘hati yang tinggi/ panjang ke atas’ melainkan bermakna ‘sombong’.
2)   ................... ia berkata “Oke. Aku terima. Tapi, karena aku menaruh hati(UP) padamu. Jadi aku beri kesempatan untukmu berlari mendahuluiku.”
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 2)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan menaruh hati. Ungkapan menaruh hati merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni menaruh tidak bermakna ‘meletakkan’; dan hati tidak bermakna ‘hati’; sehingga menaruh hati bukan bermakna ‘meletakkan hati’ melainkan bermakna ‘kasihan’.
3)   Setelah hitungan ketiga, si Kura langsung tancap gas(UP) mendahului si Kelinci. ...........................................
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 4)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan tancap gas. Ungkapan tancap gas merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni tancap tidak bermakna ‘menginjak pedal mobil’; dan gas tidak bermakna ‘gas’; sehingga tancap gas bukan bermakna ‘menginjak pedal gas mobil’ melainkan bermakna ‘berlari secepat mungkin’.
4)   ............ Si kura tersinggung dan naik darah(UP). .............
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 6)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan naik darah. Ungkapan naik darah merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni naik tidak bermakna ‘bergerak ke atas’; dan darah tidak bermakna ‘darah’; sehingga naik darah bukan bermakna ‘darahnya naik/ bergerak ke atas’ melainkan bermakna ‘marah’.
5)   ............. Namun ia berusaha untuk lapang hati(UP) dan terus berlari.
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 6)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan lapang hati. Ungkapan lapang hati merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni lapang tidak bermakna ‘lebar/ luas’; dan hati tidak bermakna ‘hati’; sehingga lapang hati bukan bermakna ‘hati yang luas’ melainkan bermakna ‘sabar’.
6)   Semua hewan kaget melihat si Kura berhasil menjadi kuda hitam(UP) dalam pertandingan tersebut. ...........
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 8)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan kuda hitam. Ungkapan kuda hitam merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni kuda tidak bermakna ‘kuda’; dan hitam tidak bermakna ‘warna hitam’; sehingga kuda hitam bukan bermakna ‘kuda yang berwarna hitam’ melainkan bermakna ‘pemenang yang tidak diunggulkan’.
7)   .................. Dengan muka memerah(UP) si Kelinci menangis.  ...........
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 8)
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan muka memerah. Ungkapan muka memerah merupakan ungkapan penuh, karena makna unsur-unsurnya telah kabur semua, yakni muka tidak bermakna ‘muka/ wajah’; dan memerah tidak bermakna ‘menjadi merah’; sehingga muka memerah bukan bermakna ‘muka yang menjadi merah’ melainkan bermakna ‘malu’.
Berikut adalah tabel uraian ketujuh data tersebut.
Tabel 2.1. Uraian Analisis Data
No
Ungkapan
Makna yang kabur
Makna idiom
1
tinggi hati
Hati yang tinggi
Sombong
2
menaruh hati
Meletakkan hati
Kasihan
3
tancap gas
Menginjak pedal gas mobil
Berlari secepat mungkin
4
naik darah
Darahnya bergerak ke atas
Marah
5
lapang hati
Hati yang luas
Sabar
6
kuda hitam
Kuda yang berwarna hitam
Pemenang yang tidak diunggulkan
7
muka memerah
Muka yang menjadi merah
Malu

2. Ungkapan Sebagian dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’
Ungkapan sebagian (idiom sebagian) merupakan ungkapan/ idiom yang salah satu unsur pembentuknya masih memiliki makna leksikalnya (makna salah satu unsurnya tetap/ tidak kabur). Dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ terdapat satu ungkapan sebagian sebagai berikut.
1)   .................. Tidak salah kalau dia dijuluki pelari kilat(US).  ...........
(Si Kelinci dan Si Kura, paragraf 1)
pelari kilat
pelari   cepat
pelari cepat
Dari kutipan kalimat di atas terdapat ungkapan pelari kilat. Ungkapan pelari kilat merupakan ungkapan sebagian, karena makna salah satu unsurnya, yakni pelari tetap/ tidak kabur, sedangkan makna unsur yang lain telah hilang/ kabur, yakni kilat tidak bermakna ‘cahaya yang berkelebat dengan cepat di langit’; sehingga pelari kilat bukan bermakna ‘pelari cahaya yang berkelebat dengan cepat di langit’ melainkan bermakna ‘pelari cepat’.



Adapun berikut adalah tabel uraian data tersebut.
Tabel 2.2. Uraian Analisis Data
No
Ungkapan
Makna yang kabur
Makna idiom
1
pelari kilat
Pelari cahaya yang berkelebat dengan cepat di langit
Pelari cepat

Dari semua data-data di atas dapat dikatakan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut digunakan dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ sebagai bumbu tambahan/ nilai keindahan pada tata bahasa yang digunakan. Karena tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB IV di atas, maka simpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ terdapat tujuh ungkapan penuh, yaitu (1) tinggi hati, (2) menaruh hati, (3) tancap gas, (4) naik darah, (5) lapang hati, (6) kuda hitam, (7) muka memerah.
2.    Dalam fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’ terdapat satu ungkapan sebagian, yaitu (1) pelari kilat.

B. Saran
Dari penelitian yang berjudul Analisis Ungkapan Dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’, peneliti memberikan  saran sebagai berikut.
1.    Bagi pembaca disarankan dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai acuan untuk memahami mengenai semantik ungkapan.
2.    Bagi pendidik disarankan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
3.    Bagi mahasiswa disarankan membaca hasil penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang semantik terutama mengenai semantik ungkapan.
17

 

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta :                  PT. Rineka Cipta.
Djajasudarma, T., Fatimah. 2010. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.
Indah, Rohmani Nur. ____.  Proses Pemerolehan Bahasa: Dari Kemampuan Hingga Kekurangmampuan Berbahasa. http://www.jurnallingua.com/edisi-2006/4-vol-1-no-1/26-proses-pemerolehan-bahasa-dari-kemampuan-hingga-kekurangmampuan-berbahasa.html. [Sabtu, 01 Desember 2012].
Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI Offline. Versi 1.3.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta : PT. Rineka Cipta 
Prasetyoningsih, Luluk Sri Agus. 2001. Teori Belajar Bahasa. Malang: Unisma.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2010. Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
18

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................   i

DAFTAR ISI.....................................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................   1
B. Batasan Masalah...................................................................................   3
C. Rumusan masalah.................................................................................   3
D. Tujuan Penelitian..................................................................................   3
E. Manfaat Penelitian................................................................................   3
F. Definisi Operasional..............................................................................   4

BAB II LANDASAN TEORI
A. Ungkapan.............................................................................................   5
1. Idiom................................................................................................   6
2. Macam-Macam Idiom.......................................................................   7
B. Kerangka Landasan Teori.....................................................................   8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian.................................................................................   9
B. Sumber Data dan Data Penelitian.........................................................   10
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................   10
D. Prosedur Pengumpulan Data................................................................   10
E. Teknik Analisi Data..............................................................................   11
F. Instrumen Penelitian..............................................................................   12

BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisi Data..........................................................................................   13
1. Ungkapan Penuh dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’...................   13
2. Ungkapan Sebagian dalam Fabel ‘Si Kelinci dan Si Kura’..............   16

BAB III PENUTUP
A. Simpulan...............................................................................................   17
B. Saran.....................................................................................................   17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................   18

ii

 

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi taufiq, hidayah dan maunah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul ANALISIS UNGKAPAN DALAM FABEL ‘SI KELINCI DAN SI KURA’.
Penelitian sederhana ini penulis sajikan dengan tulus hati kehadapan para pembaca dengan tujuan sebagai penambah pengetahuan tentang semantik ungkapan, baik kepada penulis sendiri, keluarga, saudara, sahabat, kerabat dan para pembaca yang budiman.
Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1.      Eva Eri Dia. M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Semantik;
2.      kedua orang tua yang senantiasa berdoa untuk kelancaran proses penelitian sederhana ini, dan;
3.      teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010 B.
Penulis menyadari bahwa sebagai hamba yang dhoif, tentu saja penelitian ini banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan.



Jombang,   20 Januari 2013

PENULIS
i



PENELITIAN
Tentang
ANALISIS UNGKAPAN
DALAM FABEL ‘SI KELINCI DAN SI KURA’
Dibuat sebagai tugas ujian akhir semester mata kuliah Semantik


Dosen Pengampu:
Eva Eri Dia, M.Pd.
 








Dibuat oleh:
Moh. Qowiyuddin Shofi
106.336


PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2013


[1] Baca Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Hlm 74-77.
[2] Makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frase, atau kalimat) yang ‘menyimpang’ dari makna leksikal atau gramatikal unsur-unsur pembentuknya (Chaer, 2009:75).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENTUK DASAR DAN BENTUK ASAL

RAHWANA

Aku (maha)siswa