SEJARAH LBH
MAKALAH
LINGUISTIK
BANDINGAN HISTORIS
TENTANG
SEJARAH
LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS
Dosen Pengampu:
Ahmad Sauqi, M.Pd.
Disusun oleh
:
2010 D Kelompok 2
YUSLI SEPTI DEWI U.
106445
ARISYNTIA HIDAYAH 106444
LAILIA FATIHATIIN N. 106
AHMAD ALFIN K. 106
M. QOWIYUDDIN S. 106336
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, inayah dan
hidayahNya penulis dapat menyusun tugas mata
kuliah Linguistik Bandingan Historis dengan judul ”Sejarah Linguistik Bandingan
Historis” tanpa ada gangguan
apapun.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu demi tersusunnya makalah
ini, khususnya:
1.
Dosen
Pengampu;
2.
Semua
teman mahasiswa yang turut membantu terselesaikannya makalah ini;
3.
Pihak lainnya yang terkait.
Seperti kutipan filosofi yang berbunyi ”Tak ada gading yang tak retak”,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
kami selanjutnya, dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Jombang,
21 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................... i
1.2 Rumusan
Masalah…………..…………………………………………1
2.1
Peta Konsep Perkembangan Linguistik Bandingan Historis dalam empat periode……………………………………………………….….3
2.2
Sejarah Perkembangan Linguistik Bandingan Historis dalam empat periode…………………...……………………………………………..4
BAB III PENUTUP ………………..………………………………………...….12
3.1 Kesimpulan ................…………………………………………….......12
3.2 Saran ......…………………………………………….…………..……13
DAFTAR PUSTAKA .…………………………………………………………..14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Linguistik Bandingan Historis adalah
satu cabang ilmu linguistik yang membahas tentang bahasa dan
perubahan-perubahan unsurnya dalam kurun waktu tertentu. Cabang ilmu ini
mempelajari unsur-unsur suatu bahasa dari beberapa periode, lalu
membandingkannya untuk memahami perubahan yang terjadi dalam bahasa itu.Abad 20
merupakan masa produktif bagi kajian linguistik karena masa tersebut merupakan
masa yang mendasari kajian kebahasaan makrolinguistik setelah abad ini.
Berangkat dari teori-teori Saussure,
banyak bermunculan teori-teori baru terkait kajian lingustik.
Kajian-kajian tersebut tumbuh subur seiring melegendanya bapak linguistik
modern.
Linguistik pada masa ini berkembang pada
pembahasan-pembahasan linguis-tik multidisipliner dan tidak hanya terkait pada
kajian diakronis saja. Artinya, pada masa ini linguistik mulai menggabungkan
ilmu bahasa dengan disiplin ilmu lain. Lingustik pada abad 20 kaya akan
pembahasan tidak seperti pada abad sebelumnya, linguistik hanya berkutat pada
perubahan bunyi-bunyi bahasa proto. Pada makalah ini akan dijelaskan secara
ringkas latar belakang lahirnya, tokoh-tokoh dan gagasannya tentang Linguistik.
Dalam perkembangannya, ilmu bahasa sangat dipengaruhi oleh teori-teori yang
berkembang pada masa itu.
Ilmu bahasa dalam perkembangannya sangat
dipengaruhi teori-teori keilmuan yang berkembang pada saat itu. Pada masa
Yunani dan Romawi perkembangan bahasa masih dipengaruhi corak filsafat.
Hal ini juga bisa kita lihat pada perkembangan linguistik pada abad XIX yang
banyak dipengaruhi oleh paradigma fisika mekaniktik dan biologi. Fisika
mekaniktik mempunyai paradigma bahwa semua fenomena dapat diselidiki
dengan hukum gerak dan gaya, sehingga arah perkembangan sesuatu dapat
diketahui lewat keadaan sekarang. Paradigma biologi yang perkembang pada
saat itu adalah paradigma evolusi Darwin.
Kajian bahasa yang dipengaruhi
oleh fisika mekaniktik dan biologi pada abad 19 melahirkan sebuah corak kajian
linguistik pada masa itu, yaitu linguistik diakronis. Linguistik diakronis
adalah kajian linguistik yang berpusat pada kesejarahan atau yang lebih banyak
dikenal di Indonesia dengan Linguistik Historis Komparatif. Objek
penelitianilmu ini adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan
kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke
dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan
demikian dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa
moyang yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara
genetis terdapat hubungan kekerabatan di antaranya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peta konsep perkembangan sejarah linguistik bandingan historis pada masa empat periode?
2. bagaimanakah perkembangan sejarah linguistik bandingan historis pada masa empat periode?
1.3 Batasan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah hanya merinci dan mengulas perkembangan sejarah linguistik bandingan historis pada masa empat periode.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PETA KONSEP SEJARAH
LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS
2.2 Sejarah Perkembangan Linguistik Bandingan
Historis Dalam Empat Periode
Ilmu bahasa dalam perkembangannya sangat
dipengaruhi teori-teori keilmuan yang berkembang pada saat itu. Pada masa
Yunani dan Romawi perkembangan bahasa masih dipengaruhi corak filsafat.
Hal itu juga bisa kita lihat pada perkembangan linguistik pada abad XIX
yang masih banyak dipengaruhi alur pemikiran keilmuan yang berkembang pada saat
itu. Perkembangan ilmu bahasa pada abad XIX banyak dipengaruhi oleh
paradigma fisika meka-niktik dan biologi. Fisika mekaniktik mempunyai paradigma
bahwa semua fenomena dapat diselidiki dengan hukum gerak dan gaya,
sehingga arah perkembangan sesuatu dapat diketahui lewat keadaan sekarang.
Kajian bahasa yang dipengaruhi
oleh fisika mekaniktik dan biologi pada abad 19 melahirkan sebuah corak kajian
linguistik pada masa itu, yaitu linguistik diakronis. Kajian linguistik yang
berpusat pada kesejarahan atau yang lebih banyak dikenal di Indonesia
dengan linguistik historis komparatif. Objek penelitianya adalah bahasa-bahasa
yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk
bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar
kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan apakah
bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari
bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di
antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri
berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia.
Sejarah perkembangan ilmu bahasa dalam
abad XIX dan pada awal abad XX, dapat dibagi dalam beberapa periode sebagai
berikut:
a. Periode
I (1830-1860)
1.
Franz
Bopp (1830-1860) merupakan tokoh peletak dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa.
Ia membandingkan akhiran-akhiran kata kerja dalam bahasa Sansekerta,
Yunani, Latin, Persia, dan German yang diterbitkan tahun 1816.
2.
Rasmus
Kristian Rask (1787-1832) pada tahun 1818 menerbitkan buku tentang asal-usul
bahasa Eslandia. Ia membandingkan bahasa German, terutama German Utara dengan
bahasa Baltik, Slavia, dan Keltik, serta dimasukkan bahasa Baskia dan
Finno-Ugris. Penemuannya yang terpenting adalah Pertukaran Bunyi (Lautverschiebung) antara bahasa German
dan bahasa Latin-Yunani.
3.
Jakob
Grimm menyempurnakan hubungan-hubungan bunyi tersebut. Pada tahun 1819 ia
menerbitkan buku Deutsche Grammatik.
4.
Friedrich
Vonschlegel pada tahun 1808 berhasil menetapkan bahasa Sansekerta, Yunani,
Latin, Persia, dan German menjadi bahasa Fleksi.
5.
F.
Pott dalam periode ini mengadakan penyelidikan etimologis kata-kata dengan
metode yang lebih baik.
6.
Wilhelm
Von Humboldt mengemukakan klasifikasi bahasa di dunia menjadi bahasa isolatif,
fleksi, aglutinatif, dan inkorporatif.
b. Periode
II (1861-1880)
1.
August
Schleicher (1823-1868) dalam bukunya Compendium
der vergleichenden Grammatik mengemukakan pengertian baru Ursprache (Proto Language) yaitu bahasa tua yang menurunkan bahasa kerabat.
2.
G.
Curtius (1820-1885) berhasil menerapkan metode perbandingan untuk filologi
klasik, khususnya bahasa Yunani.
3.
Max
Muller berhasil memperluas horizon pengetahuan ilmu bahasa lewat bukunya Lectures in the Science of Language (1861), ia memperkenalkan
analisis dan sintesis untuk bahasa isolatif dan fleksi, sedangkan D. Whitney
menambahkan polisintesis untuk bahasa inkorporatif.
c. Periode
III (1880-akhir abad XIX)
1.
K.Brugmann,
Osthoff, Leskien merupakan kelompok tata bahasa yang menamakan dirinya Jungrammatiker yang
muncul setelah tahun 1880, mereka tertarik dengan kaidah bunyi Jakob Grimm.
Mereka menambahkan lagi kaidah-kaidah baru pada hukum-hukum bunyi yang sudah
ada: “Bunyi-bnyi berubah menurut Hukum Bunyi tertentu tanpa kecuali
(ausnahmols)“. Aliran ini bergerak di Leipzig, salah satu muridnya adalah
Leonard Bloomfield yang menjadi linguis Amerika.
2.
J.
Schmidt mencetuskan sebuah teori baru yang disebut Wellentheorie bahwa
antara dialek-dialek ada bentuk-bentuk antara yang menyulitkan batas antar
dialek.
3.
Karl
Verner 1875 menjelaskan kekecualian yang terdapat pada Hukum Bunyi Rask dan
Grimm, khususnya mengenai pertukaran bunyi bahasa-bahasa Indo-Eropa yang
kemudian dikenal dengan nama hukum verner.
4.
H.
Steinthal mencoba membagi bahasa dengan landasan psikologi.
5.
Fr.
Muller menerbitkan bukunya Grundriss
derSprachwissenschaft (1876-1888).
d. Periode
IV (awal abad XX)
Pada abad 20 penelitian bahasa tidak
ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika
(bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa
Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Keberhasilan kaum Junggramatiker
merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli
linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Kajian-kajian dan
tulisan-tulisan tentang linguistik abad 20 boleh dibilang sebagai kajian sangat
produktif karena era tersebut merupakan era yang mendasari kajian kebahasaan
makro-linguistik setelah abad tersebut. Berangkat dari teori-teori sausure
banyak bermunculan teori-teori baru terkait kajian lingustik.
Kajian-kajian tersebut tumbuh subur seiring melegendanya bapak linguistik
modern.
Linguistik saat itu tidak hanya terkait
dengan kajian diakronis. Akan tetapi, berkembang pada pembahasan-pembahasan
linguistik multidisipliner, yakni mulai menggabungkan linguistik dengan
disiplin ilmu lain. Paradigma lingustik yang dimiliki Seasussure sebetulnya
adalah paradigma linguistik diakronis, hal itu bisa dibuktikan dengan terbitnya
buku yang yang berjudul memoire sur lesys
teme primitive des voyelles dan les languaguesindo europeennes (1878).
Paradigma Seasussure terkait linguistik kontrastif mulai berubah ketika
mengajar linguistik umum di universitas Jenewa pada tahun 1906, konsep-konsep
Seasussure mengenai linguistik sinkronis mulai dikenalkaan pada
mahasiswa.
Pada awal abad XX lahir juga
aliran-aliran baru adalam ilmu bahasa, adapun alliran-aliran yang terpenting
adalah:
1.
Fonetik
berkembang sebagai suatu studi ilmiah. Sejalan dengan perkembangan itu para
ahli mencurahkan pula penelitian atas dialek-dialek. Untuk itu, dikembangkan
metode-metode yang dipinjam dan fisiologi dan fisika (elektro-akustik).
2.
Sejalan
dengan perkembangan studi atas dialek-dialek dengan mempergunakan metode-metode
fisiologi, fisika dan psikologi, maka muncul pula cabang baru dalam ilmu bahasa
yaitu psikolinguistik dan sosiolinguistik.
3. Suatu aliran lain dari awal abad XX adalah
aliran praha yang muncul sebagai reaksi terhadap studi bahasa yang terlalu
halus sampai kepada bahasa individual., mereka lebih menekan bahasa yang
sebenarnya, yaitu keseluruhan bentuk dan makna dengan menekankan fungsi bunyi
sedangkan ciri-ciri fisiologis adalah soal kedua. Aliran ini berorientasi pada
gurunya Ferdinand de Saussure.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Linguistik bandingan historis merupakan suatu cabang ilmu bahasa yang memepersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut. Pada dasarnya ilmu ini lebih menekankan teknik pra-sejarah bahasa. Penelitian pra-sejarah bahasa ini jelas mempergunakan kitab-kitab kuno ataupun data-data berupa naskah-naskah. Dari kitab ataupun naskah ini, peneliti dapat menemukan perubahan unsur bahasa pada kurun waktu hingga menemukan perkembangan, percabangan maupun kesamaan bahasa.
Periode I (1830-1860) dimulai dengan Franz Bopp dan diakhiri dengan August Schleider. Dari periode ini yang paling menonjol adalah Jakob Grimm dengan Grimm’s Law. Sedangkan pada periode II (1861-1880) dengan tokoh terkemuka August Schleicher. Adapun G. Curtius yang berjasa besar dalam menerapkan metode perbandingan untuk Filologi klasik. Periode III (1880- akhir abad XIX) dimana pada tahun tersebut muncullah kelompok ahli bahasa yang menyebut dirinya sebagai Junggrammatiker atau Neo-Grammatici. Hingga pada periode IV diabad XX yang tak hanya mengembangkan ilmu linguistic diakronik melainkan juga sinkronik dengan Ferdinand De Saussure sebagai bapak linguistic modern.
3.2 Saran
Penyusunan
makalah yang berjudul Lingustik bandingan Historis yang membahas tentang
sejarah Linguistik Bandingan Historis dalam kurun waktu empat periode masih
perlu adanya perbaikan sehingga saran maupun kritik dari pembaca dapat menambah
isi pengetahuan sejarah Linguistik Bandingan Historis dalam kurun waktu empat
periode menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Imam. 1990. Perbandingan
Bahasa Nusantara (Linguistk Historis Komparatif). Fakultas Pendidikan
bahasa dan seni IKIp Malang.
Keraf,
Gorys. 1984. Linguistik Bandingan
Historis. Jakarta: PT. Gramedia.
.2012. Lingustik
bandingan Historis. http://asmaraambanguncipta.wordpress.com/2012/04/17/linguistik-bandingan-historis/.
Diakses pada 16 Oktober, pukul 18.30 WIB.
Komentar
Posting Komentar