BENTUK DASAR DAN BENTUK ASAL



BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Saya tulis makalah ini dengan judul Bentuk Dasar Dan Bentuk Asal sebagai tugas ujian akhir semester mata kuliah Morfologi, serta sebagai refrensi bagi pembaca yang ingin mengkaji tentang bentuk dasar dan bentuk asal.
Makalah ini saya susun dengan bahasa yang sederhana dan disertai analisis bentuk dasar dan bentuk asal dalam teks terjemahan surat Al-Faatihah dan An-naas, agar pembaca dapat memahami dengan jelas mengenai pengertian dan cara mencari bentuk dasar dan bentuk asal dalam sebuah wacana.
Makalah ini saya persembahkan untuk dosen pengampu mata kuliah Morfologi, bapak Iwan Marwan, M. Hum., serta untuk semua orang yang membaca makalah ini.
Dalam makalah ini pasti terdapat banyak kehilafan, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun senantiasa saya harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca yang budiman.


Jombang, Januari 2012

M. Qowiyuddin Shofi
NIM. 106. 336


BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1. Bentuk Dasar Dan Bentuk Asal
Bentuk dasar adalah bentuk, baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar pembentukan bagi suatu bentuk yang lebih besar/kompleks, sedangkan bentuk asal adalah bentuk paling kecil yang menjadi asal atau permulaan dari suatu bentuk yang lebih besar/kompleks.[1]
Secara sederhana bentuk dasar adalah bentuk yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar dari bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal adalah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal dari bentuk kompleks.
Contoh:[2]
GRENDEL
MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN

Bentuk merokok terbentuk dari bentuk dasar rokok (karena bentuk ini yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar) dengan mendapat afiks me- menjadi merokok. Adapun bentuk dasar rokok sekaligus menjadi bentuk asal, karena bentuk tersebut adalah bentuk yang paling kecil dan menjadi asal dari bentuk kompleks.
Selanjutnya menyebabkan terbentuk dari bentuk dasar sebab yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks meN-kan menjadi menyebabkan.
Berikutnya serangan terbentuk dari bentuk dasar serang yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks –an menjadi serangan.
Kemudian bentuk gangguan terbentuk dari bentuk dasar ganggu yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks –an menjadi gangguan.
Selanjutnya bentuk kehamilan terbentuk dari bentuk dasar hamil yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks ke-an menjadi kehamilan.
3. Perbedaan Bentuk Dasar Dan Bentuk Asal
Perbedaan antara bentuk dasar dan bentuk asal adalah: Bentuk dasar bisa berupa bentuk tunggal[3] atau juga bisa berupa bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal.[4]
a. Contoh bentuk dasar tunggal:[5]

Setiap tetesnya berasal dari sumber alami pilihan yang terlindung di pegunungan, dikemas melalui langkah-langkah cermat AQUA untuk memastikan kualitasnya.

Berikut adalah bentuk dasar (tunggal) dari bentuk kompleks yang terdapat pada data di atas.
tiap
pada
setiap
tetes
pada
tetesnya
asal
pada
berasal
alam
pada
alami
pilih
pada
pilihan
lindunga
pada
terlindung
kemas
pada
dikemas
lalu
pada
melalui
kualitas
pada
kualitasnya


b. Contoh bentuk dasar kompleks:[6]

Usung Cerita Penambangan Pasir
Pentas Festival Ludruk se-Jatim di Alun-alun
JOMBANG – seorang paman yang bekerja sebagai penambang pasir, menyekolahkan keponakannya hingga lulus SMU. Dengan kegigihannya, ia mampu menjadikan sang keponakan menjadi Satpol PP di pemerintahan setempat.
Sebagai penegak peraturan daerah, aktivitas penambangan pasir melanggar hukum. Oleh karena itu, ia dan petugas Satpol PP yang lain pun bergerak dan mengamankan para penambang yang tak lain adalah pamannya sendiri.
à Baca Usung... Hal 39


Berikut adalah bentuk dasar (kompleks) dari bentuk kompleks yang terdapat pada data di atas.
penambang
pada
penambangan
keponakan
pada
keponakannya
kegigihan
pada
kegigihannya
pemerintah
pada
pemerintahan


c. Contoh bentuk asal:[7]

PSN Kembali Sodok Papa Atas
SURABAYA – Polygon Sweet Nice kembali mencatatkan raihan gemilang pada Tour of Hainan 2009. Salah seorang pembalapnya, Sergey Kudentsov, berhasil masuk enam besar pada etape ketiga yang dilangsungkan kemarin (13/11). Etape tersebut berjarak 155,1 km dari Kinglong menuju Wenchang.
Pada etape ketiga tersebut, pembalap asal Rusia itu membukukan catatan waktu 3 jam 36 menit 2 detik. Catatan itu sama dengan pemenang etape Yurly Metlushenko dari Ukraina yang menyentuh garis finis dalam rombongan besar. (nar/ang)

Berikut adalah bentuk asal dari bentuk kompleks yang terdapat pada data di atas.
catat
pada
mencatatkan
raih
pada
raihan
orang
pada
seorang
pembalap
pada
pembalapnya
hasil
pada
berhasil
langsung
pada
dilangsungkan
sebut
pada
tersebut
jarak
pada
berjarak
tuju
pada
menuju
balap
pada
pembalap
buku
pada
membukukan
catat
pada
catatan
menang
pada
pemenang
sentuh
pada
menyentuh
rombong
pada
rombongan


B. Analisis
Pada analisis ini, penulis mengambil data dari kitab AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA berupa teks terjemahan surat Al-Faatihah dan An-Naas. Berikut akan dilampirkan teks terjemahan dari surat AL-Faatihah dan An-Naas tersebut.
1. Data
Surat ke-1 (Al-Faatihah) : 7 ayat.[8]
j
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
k
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
l
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
m
Yang menguasai hari pembalasan.
n
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
o
Tunjukanlah kami jalan yang lurus.
p
Jalan yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan mereka yang dimurkai, dan bukan mereka yang sesat.

Surat ke-114 (An-Naas) : 6 ayat.[9]
j
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia.
k
Raja manusia.
l
Sembahan manusia.
m
Dari kejahatan bisikan syaitan yang biasa bersembunyi,
n
yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia.
o
Dari golongan jin dan manusia.

2. Analisis Data
Dari data di atas, penulis akan menganalisis satuan atau bentuk kompleks yang terdapat pada data berupa teks terjemahan surat Al-Faatihah dan An-Naas, dengan menentukan bentuk dasar dan bentuk asal dari bentuk kompleks tersebut.
a. terjemahan surat Al-Faatihah
Pada terjemahan ayat ke-1 terdapat bentuk kompleks menyebut yang terbentuk dari bentuk dasar sebut mendapat afiks meN- menjadi menyebut, sedangkan bentuk asal menyebut juga sama dengan bentuk dasar, yaitu sebut. Dengan kata lain, bentuk dasar menyebut adalah sebut yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks meN- menjadi menyebut.
Selanjutnya bentuk pengasih (terjemahan ayat 1 dan 3) terbentuk dari bentuk dasar kasih yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks peN- menjadi pengasih.
Berikutnya bentuk penyayang (terjemahan ayat 1 dan 3) terbentuk dari bentuk dasar sayang yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks peN- menjadi penyayang.
Pada terjemahan ayat ke-4 terdapat bentuk kompleks menguasai yang terbentuk dari bentuk dasar kuasa yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks meN-i menjadi menguasai.
Selanjutnya bentuk pembalasan terbentuk dari bentuk dasar balasan mendapat afiks peN- menjadi pembalasan. Dengan perkataan lain, bentuk dasar pembalasan ialah balasan (karena bentuk ini yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar), sedangkan bentuk pembalasan terbentuk dari bentuk asal balas mendapat afiks -an menjadi balasan, kemudia mendapat afiks peN- menjadi pembalasan.
Pada terjemahan ayat ke-5 (dan ayat ke-6) terdapat bentuk kompleks kepada yang terbentuk dari bentuk dasar pada yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks ke- menjadi kepada.
Berikutnya bentuk Engkaulah terbentuk dari bentuk dasar Engkau yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat klitika -lah menjadi Engkaulah.
Selanjutnya bentuk menyembah terbentuk dari bentuk dasar sembah yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks meN- menjadi menyembah.
Berikutnya bentuk pertolongan terbentuk dari bentuk dasar tolong yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks per-an menjadi pertolongan.
Pada terjemahan ayat ke-6 terdapat bentuk kompleks tunjukanlah yang terbentuk dari bentuk dasar tunjukan mendapat klitika -lah menjadi tunjukanlah. Sedangkan bentuk  tunjukanlah terbentuk dari bentuk asal tunjuk mendapat afiks –an menjadi tunjukan, kemudian mendapat klitika –lah menjadi tunjukanlah.
Pada terjemahan ayat ke-7 terdapat bentuk kompleks anugerahkan yang terbentuk dari bentuk dasar anugerah yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks –kan menjadi anugerahkan.
Selanjutnya bentuk dimurkai terbentuk dari bentuk dasar murka yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks di-i menjadi dimurkai.

b. terjemahan surat An-Naas
Pada terjemahan ayat ke-1 terdapat bentuk kompleks katakanlah yang terbentuk dari bentuk dasar katakan dengan mendapat klitika -lah menjadi katakanlah (karena bentuk ini yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar), sedangkan katakanlah terbentuk dari bentuk asal kata dengan mendapat afiks –kan menjadi katakan, kemudia mendapat klitika –lah menjadi katakanlah.
Selanjutnya bentuk berlindung terbentuk dari bentuk dasar lindung yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks ber- menjadi berlindung.
Berikutnya bentuk kepada terbentuk dari bentuk dasar pada yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks ke- menjadi kepada.
Selanjutnya bentuk memelihara terbentuk dari bentuk dasar pelihara yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks meN- menjadi memelihara.
Kemudian bentuk menguasai terbentuk dari bentuk dasar kuasa yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks meN-i menjadi menguasai.
Pada terjemahan ayat ke-3 terdapat bentuk kompleks sembahan yang terbentuk dari bentuk dasar sembah yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks -an menjadi sembahan.
Pada terjemahan ayat ke-4 (dan ayat ke-5) terdapat bentuk kompleks kejahatan yang terbentuk dari bentuk dasar jahat yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks ke-an menjadi kejahatan.
Selanjutnya bentuk bisikan terbentuk dari bentuk dasar bisik yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks -an menjadi bisikan.
Berikutnya bentuk bersembunyi terbentuk dari bentuk dasar sembunyi yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks ber-  menjadi bersembunyi.
Pada terjemahan ayat ke-5 terdapat bentuk kompleks membisikkan yang terbentuk dari bentuk dasar membisik mendapat afiks -kan menjadi membisikkan. Sedangkan bentuk  membisikkan terbentuk dari bentuk asal bisik mendapat afiks meN- menjadi membisik, kemudian mendapat afiks kan menjadi membisikkan.
Pada terjemahan ayat ke-6 terdapat bentuk kompleks golongan yang terbentuk dari bentuk dasar golong yang sekaligus merupakan bentuk asal dengan mendapat afiks –an menjadi golongan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bentuk dasar adalah bentuk yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal adalah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal bentuk kompleks. Adapun bentuk dasar bisa berupa bentuk tunggal maupun kompleks, sedangkan bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal.
Hasil analisis bentuk dasar dan bentuk asal dari bentuk kompleks dalam teks terjemahan surat Al-Faatihah dan An-Naas adalah sebagai berikut.
SURAT AL-FAATIHAH
Ayat
Satuan
Bentuk Dasar
Bentuk Asal
Ke-1
menyebut
sebut
sebut
Ke-1 & 3
pengasih
kasih
kasih
Ke-1 & 3
penyayang
sayang
sayang
Ke-4
menguasai
kuasa
kuasa
Ke-4
pembalasan
balasan
balas
Ke-5 & 6
kepada
pada
pada
Ke-5
Engkaulah
Engkau
Engkau
Ke-5
menyembah
sembah
sembah
Ke-5
pertolongan
tolong
tolong
Ke-6
tunjukanlah
tunjukan
tunjuk
Ke-7
anugerahkan
anugerah
anugerah
Ke-7
dimurkai
murka
murka

SURAT AN-NAAS
Ayat
Satuan
Bentuk Dasar
Bentuk Asal
Ke-1
katakanlah
katakan
kata
Ke-1
berlindung
lindung
lindung
Ke-1
kepada
pada
pada
Ke-1
memelihara
pelihara
pelihara
Ke-1
menguasai
kuasa
kuasa
Ke-3
sembahan
sembah
sembah
Ke-4 & 5
kejahatan
jahat
jahat
Ke-4
bisikan
bisik
bisik
Ke-4
bersembunyi
sembunyi
sembunyi
Ke-5
membisikkan
membisik
bisik
Ke-6
golongan
golong
golong

Akhirnya penulis berharap, semoga dengan makalah ini kita dapat menentukan bentuk dasar dan bentuk asal dari bentuk kompleks yang kita jumpai, baik di buku bacaan, novel, sampul produk iklan, koran, maupun bacaan-bacaan yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
http://mujikuat.blogdetik.com/2010/08/07/bentuk-asal-bentuk-dasar/. 2-1-2012. 07:38 A.M.
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=80. 2-1-2012. 07:25 A.M.
http://teni-setiani.blogspot.com/2010/06/rangkuman-morfologi-sumber-morfologi.html. 2-1-2012. 07:27 A.M.
Ramlan, M. 2009 (cetakan ke-13). Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono. Hlm 49-50.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. PENGAJARAN MORFOLOGI. Bandung: Penerbit Angkasa. Hlm 19-20.
Tirtawijaya, Totong. 1992. MORFOLOGI: Bahasa Indonesia. Surabaya: IKIP Surabaya. Hlm 7.




MAKALAH
Tentang
BENTUK DASAR DAN BENTUK ASAL
Dibuat sebagai tugas ujian akhir semester mata kuliah Morfologi
Dosen pengampu:
Iwan Marwan, M. Hum





Disusun oleh:
M. Qowiyuddin Shofi (106. 336)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
2012


[1] Tarigan, 1985: 19. (Tarigan menggunakan istilah dasar kata untuk bentuk dasar, dan kata dasar untuk bentuk asal).
Tirtawijaya, 1992: 7.
Ramlan, 2009/cetakan ke-13: 49-50.
[2] Data untuk contoh diambil dari bungkus rokok GENDREL/peringatan yang ada di setiap bungkus rokok.
[3] Jika bentuk dasar berupa bentuk tunggal, maka bentuk dasar tersebut sama dengan bentuk asal.
[4] Tarigan, 1985: 20.
Tirtawijaya, 1992: 7.
Ramlan, 2009/cetakan ke-13: 49-50.
[5] Data untuk contoh diambil dari sampul produk AQUA.
[6] Data untuk contoh diambil dari teks berita dalam koran Jawa Pos edisi Jombang, Mojokerto dan Krian, terbit pada hari Minggu 15 November 2009.
[7] Data untuk contoh diambil dari teks berita dalam koran Jawa Pos, terbit pada hari Sabtu 14 November 2009.
[8] AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA, 1990: 5-6.
[9] AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA, 1990: 1122.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAHWANA

Aku (maha)siswa